SOLOK - Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok, Sumatera Barat melalui Dinas Pariwisata untuk mendongkrak geliat pembangunan sektor pariwisata di daerah yang memiliki pesona 5 Danau ( Danau Singkarak, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang, dan Danau Tuo).
Diterangkan Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok, Drs.Muhammad Alfajri, dalam pengembangan sektor kepariwisataan yang merupakan salah satu prioritas utama pembangunan yang tertuang dalam visi misi daerah setempat, pemerintah memiliki 4 fungsi yakni Pengembangan Destinasi yang mrncakup objek wisata, pengembangan objek wisata, infrastruktur, dan sebagainya.
Selain pengembangan objek atau destinasi wisata, dikatakan Alfajri, guna memaksimalkan geliat wisata, promosi atau pemasaran juga menjadi hal yang penting. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga melekat fungsi/tugas promosi.
Sebagai upaya untuk mrnggencarkan promosi wisata, diungkapkan Alfajri, pihaknya memanfaatkan segala media dan potensi yang ada, baik melalui berbagai lini media sosial yang dikelola Disparbud maupun menjalin kerjasama dengan pers/media massa.
Selain itu ditambahkannya, masih dalam nenggencarkan promosi wisata, Disparbud Kabupaten Solok juga menggelar berbagai event seperti Festival 5 Danau yang telah terlaksana dalam rangkaian HUT Kabupaten Solok lalu, selanjutnya Nanjak dan Camp Bersih yang akan digelar dalam rangka peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus nanti, serta kegiatan-kegiatan lain yang hakekatnya bertujuan untuk mempromosikan wisata dan budaya yang ada di Kabupaten Solok.
Selanjutnya fungsi dalam pengembangan industri kepariwisataan yang dilakukan melalui pembinaan-pembinaan terhadap industri pariwisata yang ada seperti Homestay, dan Pondok Wisata yang saat ini tengah berkembang.
"Kita dari Dinas Pariwisata turun ke lapangan untuk memberikan pembinaan kepada industri wisata yang tengah berkembang itu, selain juga dengan menggelar pelatihan-pelatihan maupun workshop sebagai bentuk pembekalan bagi pihak pelaku industri wisata dalam mengembangkan usahany maupun meningkatkan sumber daya manusia kepariwisataan, " terang pria yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata di masa pemerintahan Bupati Solok Syamsu Rahim dulu.
"Hingga saat ini, sudah lima kali pelatihan kita laksanakan di tahun 2022, , termasuk bagi pemandu wisata, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), dimana kedepan akan terus dilakukan secara berkala, " imbuhnya.
Baca juga:
Mengantarkan Bilih Pulang ke Rumahnya
|
Selain tugas-tugas pokok di bidang kepariwisataan, disebutkan Alfajri, di satuan OPD yang dipimpinnya itu juga melekat bidang tugas kebudayaan. Terkait bidang kebudayaan, diterangkannya bahwa Disparbud tengah fokus dalam menginventarisir kekayaan budaya yang ada di nagari-nagari se-Kabupaten Solok, agar tetap lestari dan tidak hilang ditelan peradaban.
Selain untuk menjaga kelestariannya, kekayaan adat budaya itu juga mdenjadi penopang geliat maju pariwisata, dengan menyuguhkan keunikan masing-masing budaya yang memiliki daya tarik tersendiri.
“Kita di bidang kebudayaan tengah gencarnya bahkan hampir setiap hari turun ke Nagari-nagari untuk melakukan pembinaan dan inventarisir atau pendokumentasian kekayaan adat budaya yang mulai tergerus oleh derasnya arus globaliisasi dan modernisasi, dengan harapan adat budaya itu bisa tetap lestari dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Selain untuk menjaga kelestariannya, kekayaan adat budaya ini juga menjadi suguhan untuk memanjakan wisatawan dengan keunikan dan dayatarik dari nilai seni budaya itu sendiri, ” terangnya.
Lebih jauh diterangkan Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok, dalam pengembangan objek wisata masih tetap berpedoman pada Perda yang ada Perda Nomor 5 tahun 2020, tentang pengelolaan kepariwisataan.
Kemudian dengan telah ditetapkannya Kabupaten Solok ini sebagai kawasan Geopark (Taman Bumi) yaitu kawasan Singkarak dan Danau Kembar, nantinya pengembangan dan pembenahan Geosite (Objek Geopark) juga menjadi pehatian bersama-sama dengan pelaku-pelaku wisata, pemerintahan Nagari dan seluruh stakeholder yang ada
Selain itu, terkait PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor Pariwisata diakui Alfajri belum maksimal. Namun kedepan Dia mengatakan akan berupaya menggali potensi-potensi Sumbang yang ada.
“Sekarang kita masih terpaku pada objek-objek yang wisata yang kita kelola seperti Pasangrahan Danau Singkarak, Convention Hall, Panorama Danau Dibawah (Simpang Tanjung Nan Ampek), serta Rest Area Bikit Subang. Nanti akan kita cari sumber-sumber lain, namun tentunya harus disediakan dulu payung hukumnya, ” sebut Muhammad Alfajri.
Akan tetapi Dia juga mengklaim, meski kontribusi PAD belum optimal, namun dari sisi peningkatan perekonomian masyarakat sekitar sudah cukup berdampak.
“Kedepan untuk perluasan sumber PAD tentu kita harus menyediakan payung hukum yang jelas serta melakukan penyesuaian aturan yang telah ada dengan kondisi saat ini, di samping upaya-upaya untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke daerah kita ini, ” tuturnya lagi.
Adapun tren dan perbandingan jumlah kunjungan wisatawan dalam 3 tahun terakhir adalah, tahun 2020 tercatat jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 701 ribu 60 orang dengan rincian 68 orang wisatawan mancanegara (asing) dan 700 ribu 992 orang wisatawan nasional (lokal). Kemudian di tahun 2021 di saat terjadi pembatasan perjalanan luar negeri (kebijakan PPKM) akibat pandemi Covid-19, terjadi penurunan yang cukup signifikan pada jumlah kunjungan wisatawan asing yakni sebanyak 22 orang, namun jumlah wisatawan lokal meningkat dengan angka 820 ribu 159 orang, atau jumlah total 820 ribu 181orang. Di tahun ini dengan telah dibuka dan dilonggarkan aturan perjalanan, cenderung tampak kembali terjadi peningkatan, dinama hingga bulan Juni, meski belum semua terdata, sudah menginjak angka 62 orang wisatawan asing dan 281 ribu 76 orang.
Untuk percepatan kemajuan dan pengembangan kepariwisataan, orang nomor satu di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok itu berharap sinergi semua pihak, karena menururnya pariwisata tidak akan bisa dibangun oleh satu pihak saja,
“Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan tidak mungkin bisa berjalan sendiri. Perlu adanya kerja sama dalam pengembangan pariwisata. Pembangunan sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur, sosial dan budaya perlu dibangun antara pihak-pihak yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata, sebagaimana konsep Pentahelix yang digaungkan oleh Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, dimana seluruh unsur harus bersinergi baik masyarakat pelaku-pelaku kepariwisataan para pelaku industri pariwisata, media, orang-orang dari basic pendidikan dan seluruh pihak harus bersinergi dan bersama dan bersama-sama berkomitmen untuk membangun memajukan pariwisata, ” pungkasnya. (Amel)